Oleh : dr. Laksmi Suci Handini, SpA - RS Husada Utama
Berdasarkan penelitian Perhimpunan Dokter Spesialis Anak Amerika, bayi di bawah usia 2 tahun tidak boleh terekspose teknologi, termasuk gadget. Kemudian usia 3-5 tahun penggunaan gadget dibatasi 1 jam per hari, dan usia 6-8 tahun penggunaan gadget diperbolehkan 2 jam per hari, karena 38 % anak yang terekspose gadget diusianya yang krang 2 tahun dapat menyebabkan gangguan bicara.
Perlu diketahui, seorang anak sejak lahir sudah membawa puluhan juta sel otak. Dan dari lahir hingga berumur 2 tahun, besar otaknya secara bentuk maupun volume akan bertambah 3 kali lipat dan akan berkembang hingga berusia 21 tahun. Di usia tersebut, sel otak ini akan menyambung antara satu dengan yang lainnya, sehingga sinap atau saraf di otak akan semakin padat.
Perkembangan otak diusia dini itu, stimulasi dari lingkungan sangat penting. Jika stimulasi tersebut terlalu over exposure dengan teknologi, maka akan menyebabkan efek negatif pada fungsi eksekutif (cara berpikir dan mengambil keputusan ) itu menyebabkan gangguan perhatian, kepandaiannya terhambat, gangguan belajar, terjadi penurunan self regulation (kemampuan diri untuk mengontrol diri sendiri berkurang), menyebabkan anak lebih mudah tantrum (melukai diri sendiri), depresi, gangguan cemas, gangguan pelekatan terhadap gadget hingga gangguan psikotik (gila).
Selain itu gadget juga dapat menyebabkan anak mengalami digital demensia, karena gadget bersifat high speed media content, sehingga kecepatannya yang tinggi menyebabkan gangguan perhatian, konsentrasi, mental, hingga pada akhirnya akan menjadikan pikun.
Sebenarnya yang dibutuhkan oleh bayi di bawah usia 3 tahun (Batita) adalah interaksi langsung dengan orang tuanya dalam bentuk permainan yang edukatif untuk melatih motorik kasar dan halusnya seperti permainan menumpuk –numpuk balok, bongkar pasang, dsb.
Selain menyebabkan gangguan psikis, gadget juga dapat menyebabkan gangguan fisik pada anak. Salah satunya obesitas, karena ketika bermain gadget seorang anak tidak banyak melakukan aktifitas fisik.
Kurangnya aktivitas fisik pada anak juga menyebabkan gangguan perkembangan, di mana kemapuan belajarnya di sekolah menurun, akibat berlebihan game di gadget. Anak butuh bergerak, karena dengan bergerak akan membentuk fungsi otaknya, sebab gerakan dapat meningkatkan kemampuan perhatian dan belajar seorang anak.
“Kesehatan adalah hak asasi setiap orang.
Setiap manusia, terlepas dari apapun status sosialnya,
harus dapat mengakses perawatan kesehatan
yang mereka butuhkan.”
Disclaimer - Kebijakan Isi Website : Seluruh isi website ini (termasuk dan tidak terbatas pada tulisan, gambar, tautan dan dokumen) adalah bersifat informatif
yang tidak ditujukan untuk mengganti nasihat medis, keterangan diagnosis, maupun saran tindakan medis yang dikeluarkan oleh tenaga profesional medis (dokter).
Selalu konsultasikan kesehatan Anda kepada dokter untuk mendapatkan saran medis yang sesuai dengan keadaan Anda.