Oleh : dr. Ary Widhyasti Bandem, MKes, SpKK, FINSDV - RS Husada Utama
Kusta adalah penyakit yang menyerang kulit dan susunan saraf tepi yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae. Penyakit kusta sudah ada sejak zaman purbakala, kurang lebih 2000 SM. Kuman penyebabnya ditemukan pada tahun 1873 oleh Armauer Hansen.
Pengobatan penyakit ini juga sudah pasti dan dilakukan program eliminasinya, akan tetapi penderita kusta baru masih saja ditemukan. Indonesia adalah negara ketiga tertinggi didunia, setelah India dan Brazil untuk jumlah kasus baru kusta. Di Indonesia, Jawa Timur sendiri menduduki urutan tertinggi dengan kasus kusta terbanyak. Kenapa hal ini bisa terjadi?
Kuman kusta sudah pastikan penyebabnya dan pengobatannya malah diberikan secara cuma-cuma tetapi masih saja ditemukan kasusnya. Selain sifat kuman yang membelahnya lama, masa tunas (inkubasi) terjadinya penyakit kusta juga lama yaitu 2-5 tahun; hal penting lainnya karena sebagian masyarakat masih menganggap kusta sebaga kutukan dan penyakit yang menjijikkan. Oleh karena anggapan itu, penderita malu dan tidak berobat dengan benar dan tuntas. Belum lagi kalau penyakit ini terlambat diobati, kuman mycobacterium leprae menyebabkan kerusakan saraf tepi sehingga terjadi kelumpuhan dan cacat permanen. Akibat kerusakan saraf, penderita kehilangan kemampuan merasakan perbedaan suhu (panas/dingin), hilangnya rasa raba, hilangnya rasa nyeri yang disebut mati rasa sehingga mudah terluka. Luka ini tidak kunjung sembuh dan akhirnya menyebabkan kecacatan permanen dan pada kasus ekstrem tampak mengerikan.
Apa tanda awal penyakit kusta? Tanda awal berupa bercak berwarna putih, bisa warna merah atau tembaga yang mati rasa. Bercak bisa menebal maupun datar. Bercak putih mirip panu akan tetapi tidak disertai rasa gatal (malah mati rasa). Kemudian ditemukan pembesaran saraf tepi seperti di area leher, siku, pergelangan tangan maupun tungkai. Kerusakan saraf ini lama kelamaan menyebabkan kelumpuhan.
Bagian tubuh mana saja yang dapat dirusak oleh kuman mycobactrium leprae? Semua bagian tubuh dapat dirusak oleh kuman mycobacterium leprae dari ujung rambut sampai ujung kaki. Ada penderita yang rambut dan alisnya rontok, ada yang mengalami kebutaan, dan lain sebagainya.
Bagaimana cara menularnya? Apakah semua orang mudah tertular?
Walaupun kuman mycobacteriusm leprae dijumpai pada binatang seperti chimpanse, armadilo maupun telapak kaki tikus akan tetapi inang (host) yang menjadi sumber penularan sampai saat ini adalah manusia. Kuman ini paling banyak ditemukan di mukosa hidung penderita yang terinfeksi sehingga penularan paling besar adalah lewat saluran pernafasan. Kontak yang lama dan hidup berdekatan erat dengan orang yang masih terinfeksi disebutkan sebagai cara penularan penyakit ini. Akan tetapi bila daya tahan tubuh terhadap kuman ini baik,seseorang tidak akan tertular penyakit ini.
Bagaimana cara pengobatannya?
Bila sudah terdiagnosis kusta oleh dokter, pengobatannya pun sudah tersedia secara cuma-cuma di puskesmas. Pengobatannya memang memakan waktu yang cukup lama. Kusta kering (pausibasiler) diobati selama 6 bulan dan kusta basah (multibasiler) diberi pengobatan selama 12 bulan. Pengobatan jangka lama ini sering kali tidak berjalan dengan lancar. Selama pengobatan kadang terjadi beberapa efek samping (warna kulit jadi menghitam, gangguan lambung, kencing berwarna merah) dan komplikasi (reaksi lepra) sehingga penderita enggan meneruskan pengobatan. Belum lagi stigma yang melekat pada penderita kusta dan keluarganya sehingga sering kali penderita dikucilkan dan akhirnya tidak sembuh malah tambah berat. Oleh karena itu, marilah kita bersama- sama memberi dukungan bila ada keluarga atau teman yang menderita kusta. Bila ada tanda- tanda awal penyakit ini segeralah memeriksakan diri ke dokter supaya mendapatkan pengobatan. Bila hal ini dilakukan sedini mungkin penderita dapat sembuh total, dan hidup normal
Disclaimer - Kebijakan Isi Website : Seluruh isi website ini (termasuk dan tidak terbatas pada tulisan, gambar, tautan dan dokumen) adalah bersifat informatif
yang tidak ditujukan untuk mengganti nasihat medis, keterangan diagnosis, maupun saran tindakan medis yang dikeluarkan oleh tenaga profesional medis (dokter).
Selalu konsultasikan kesehatan Anda kepada dokter untuk mendapatkan saran medis yang sesuai dengan keadaan Anda.