Istilah lupus yang dalam bahasa kedokteran pertama kali diperkenalkan oleh Cazenave dan Clausit pada tahun 1852 dengan sebutan " lupus erythemateux ", yaitu suatu penyakit rematik autoimun sistemik kronik dengan banyak autoantibody yang patologis, yang dalam perjalanan penyakitnya dapat mengalami remisi dan kobaran. Systemic lupus erythematosus (SLE) yang dalam bahasa awam lebih mudah disebut lupus lebih sering mengenai perempuan pada usia subur. Prevalensi lupus berkisar 30-50 per 100.000 penduduk, dengan rasio laki-laki perempuan 1 : 10. Insiden lupus juga cenderung meningkat sampai 3 kali dalam dekade terakhir ini.
Faktor genetik merupakan faktor yang penting dalam mekanisme munculnya penyakit lupus yang berinteraksi dengan faktor lingkungan dan sistim neuro-endokrin.
Faktor genetik penyakit lupus dipengaruhi oleh : Lingkungan eksternal antara lain oleh pengaruh sinar ultra violet B, infeksi virus maupun bakteri, obat-obatan, pengobatan yang menggunakan sulih hormon dan kontrasepsi.
Gejala penyakit lupus yang muncul sangat variatif, " Ada pasien yang tidak terdapat gejala penyakit lupus, hanya demam, lemas dan pusing tetapi sewaktu dilakukan pemeriksaan tes antinuclear antibody (ANA) ternyata hasil positif ", kata dr. Luki Agustina, SpPD.
Gejala klinis yang dapat dikenali diantaranya :
-
Ruam kulit pada wajah yang berwarna kemerahan disebut malar rash yang menyerupai bentuk kupu-kupu ( butterfly ).
-
Artritis (nyeri atau didapatkan keradangan sendi), serositis ( adanya cairan pada lapisan pleura, jantung bisa juga pada perut ).
-
Gangguan ginjal ( nefritis ).
-
Gangguan darah ( mulai dari anemia, trombositopenia, limfopenia ).
-
Gangguan saraf ( psikosis sampai dengan kejang ), dan tes imunologis.
Menurut dr. Luki Agustina, SpPD memang gejala penyakit lupus sering mirip dengan penyakit lainnya, dan sering mengenai berbagai organ vital sekaligus. Bila hal ini terjadi, dapat merupakan penyakit lupus dengan prognosis buruk.
" Sebaiknya, apabila mendapatkan keluhan seperti itu, demam, nyeri segera periksa dokter ahli penyakit dalam, yang lebih tepat dokter rematologist. Dengan harapan penyakit yang di derita mendapatkan kepastian, apakah termasuk lupus atau merupakan penyakit lain. Sehingga dalam pengelolaannya dapat lebih paripurna karena terdeteksi seawal mungkin ", jelasnya.
Disclaimer - Kebijakan Isi Website : Seluruh isi website ini (termasuk dan tidak terbatas pada tulisan, gambar, tautan dan dokumen) adalah bersifat informatif
yang tidak ditujukan untuk mengganti nasihat medis, keterangan diagnosis, maupun saran tindakan medis yang dikeluarkan oleh tenaga profesional medis (dokter).
Selalu konsultasikan kesehatan Anda kepada dokter untuk mendapatkan saran medis yang sesuai dengan keadaan Anda.