Oleh : dr. Emmy Pramesthy, SpTHT-KL – RS Husada Utama
Saat normal bernafas adalah melalui mulut, bernafas melalui hidung dan mengorok haruslah dipikirkan adanya keadaan yang abnormal pada anak, seperti posisi gigi, bentuk wajah dsb. Bernafas melalui mulut dan ngorok akan mengganggu kualitas tidur anak, mengantuk di sekolah sehingga kurang bisa berkonsentrasi saat di belajar. Pada kasus yang berat dapat berpengaruh pada jantung dan paru.
Beberapa orang tua beranggapan ngorok pada anak merupakan hal yang wajar, dianggap seperti ayah ibu kakek neneknya. Kadangkala karena anak gemuk hal tersebut dianggap mengemaskan bagi si anak. Anak dianggap nakal/hiperaktif, tidak mau memperhatikan pelajaran di sekolah.
Pada umunmya mengorok pada anak disebabkan adanya pembesaran amandel dan adenoid.
Apakah adenoid dan tonsil (amandel) itu?
Tonsil (amandel) dan adenoid adalah jaringan limfoid tubuh, tonsil (amandel) terletak di kedua sisi tenggorok (orofaring), sedangkan adenoid di bagian atas daerah antara hidung dan tenggorok. Amandel bisa kita lihat secara langsung bila kita membuka mulut, sedangkan adenoid tidak bisa kita amati secara langsung, harus menggunakan cermin kecil atau endoskopi hidung. Pada anak baru lahir adenoid berukuran kecil, bertambah besar hingga usia 5 tahun, mengecil kembali saat usia remaja.
Amandel dan adenoid serta jaringan limfoid lainnya di daerah tenggorok bertugas untuk menangkap bakteri dan virus yang memasuki hidung dan tenggorok membentuk antibodi melawan bakteri dan virus.
Membesarnya tonsil dan adenoid disebabkan berulangnya alergi dan infeksi. Keluhan berupa nyeri telan, demam. Pembesaran adenoid pada anak dapat menyebabkan buntu hidung. Tampak buntu hidung dan kesulitan bernafas dan bernafas melalui mulut tampak mulut terbuka saat tidur, nafas bersuara, mengorok saat tidur, henti nafas dalam beberapa saat (sleep apnea), suara bindeng, gangguan telinga (otitis media efusiv, nyeri telinga hingga gangguan pendengaran) serta perubahan bentuk wajah (adenoid face).
DIAGNOSIS
Kekerapaan terjadinya infeksi tenggorok, ukuran tonsil dapat menjadi pertimbangan adanya pembesaran kelenjar limfoid di daerah tersebut.
Pemeriksaan fisik secara langsung dengan membuka mulut melihat ukuran tonsil (T1-4).
Melihat adenoid harus menggunakan alat bantu periksa menggunakan kaca ke bagian belakang hidung, atau nasofaringoskopi.
x-ray, CT scan kadangkala dibutuhkan. Bila memungkinkan observasi/rekaman video saat tidur bermanfaat. Pemeriksaan kadar oksigen dengan polisomnografi bila ada.
PERLUKAH OPERASI AMANDEL DAN ADENOID?
Seringkali pertanyaan ini muncul setelah dokter spesialis THT-KL menganjurkan untuk dilakukan operasi.
Hal – hal ini adalah pertimbangan perlunya dilakukan operasi :
-
Obstruksi sleep apnea, ditandai dengan adanya mengorok dan henti nafas saat tidur.
-
Kekerapan terjadinya infeksi tonsil dan amandel > 3 kali dalam setahun.
-
Gangguan untuk berbicara dan bernafas karena ukuran tonsil terlalu besar, serta buntu hidung terus menerus karena hidung tertutup adenoid.
-
Adanya infeksi pada telinga yang berulang (ototis media).
-
Infeksi karena kuman streptokokus yang tidak respon dengan pemberian antibiotika yang mengandung beta laktamase.
-
Gangguan peningkatan berat badan karena kesulitan menelan.
Penanganan hal - hal tersebut di atas adalah dengan dilakukan operasi, penggunaan terapi antibiotik atau obat-obatan lainnya tidak membawa manfaat banyak.
Pada umumnya operasi dilakukan dengan bius total (gerneral anestesi) sehingga penderita tidak merasakan nyeri selama operasi berlangsung. Operasi dilakukan melalui rongga mulut, tidak diperlukan irisan melalui kulit. Operasi ini adalah operasi derajat sedang, membutuhkan waktu berkisar 45 menit.
Komplikasi operasi, sama seperti operasi pada umumnya berupa perdarahan dan anestesi, namun hal tersebut jarang terjadi dengan persiapan yang pre operasi dengan baik.
Pada umunya pasca operasi penderita sudah boleh minum dan makan setelah 4-6 jam pasca pembedahan. Rasa tidak nyaman dapat dikeluhkan dalam 7-10 hari. Demam ringan dapat muncul pada beberapa hari disertai mual dan muntah.
Disclaimer - Kebijakan Isi Website : Seluruh isi website ini (termasuk dan tidak terbatas pada tulisan, gambar, tautan dan dokumen) adalah bersifat informatif
yang tidak ditujukan untuk mengganti nasihat medis, keterangan diagnosis, maupun saran tindakan medis yang dikeluarkan oleh tenaga profesional medis (dokter).
Selalu konsultasikan kesehatan Anda kepada dokter untuk mendapatkan saran medis yang sesuai dengan keadaan Anda.