Obesitas atau penumpukkan lemak yang berlebihan merupakan masalah yang kompleks dengan penyebab yang bersifat multifaktorial. Selain bisa terjadi gangguan kesehatan, termasuk penyakit jantung dan diabetes. Temuan terbaru menambah satu lagi efek negatif obesitas. Studi mengungkap, obesitas menunda pubertas pada anak laki-laki.
Penurunan kadar hormon laki-laki atau testosteron yang dikenal dengan hipogonadisme, tidak hanya bisa terjadi pada pria dewasa. Risiko ini juga dapat dijumpai sejak masa pertumbuhan di dalam kandungan, masa kanak-kanak, dan pre pubertas.
Jika terjadi pada masa pertumbuhan dalam kandungan, maka akan mengganggu perkembangan pembentukan organ seks. Sedangkan jika terjadi pada masa pre pubertas, maka akan mengganggu perkembangan tanda-tanda seksual sekunder.
Maka, perlu diwaspadai bila anak laki-laki Anda sudah berumur 15-17 tahun tapi secara fisik belum terlihat "tumbuh" dengan baik. Misal, belum ada kumis atau rambut halus, penis yang tidak berkembang, suara kecil, atau tidak adanya jerawat pada wajah.
Pada pria obesitas terdapat jaringan lemak di perutnya. Lemak akan dikonversikan menjadi hormon estrogen. Padahal pria membutuhkan testosterone untuk mendukung pertumbuhan organ reproduksinya.
Deteksi Dini Merupakan Pencegahan Paling Baik
Orangtua sangat berperan melakukan deteksi dini hipogonadisme pada anak. Di antaranya dengan mewaspadai adanya kelainan yang mungkin terjadi selama masa tumbuh kembang mereka dengan melihat perkembangan testis atau buah zakarnya dan juga ukuran penis saat sebelum masa pubernya.
Bila diketahui sejak dini atau sebelum masa puber, hasil pengobatan akan bisa lebih maksimal, sebaliknya bila diketahui setelah lewat masa puber lebih sulit untuk kembali "normal".
Pengobatan pada anak-anak bisa dilakukan dengan terapi penggantian testosterone, atau hormon pertumbuhan atau juga dengan diberi hormon pemicu pertumbuhan testosterone yang kemudian menghasilkan testosterone tubuh yang mampu merangsang pubertas dan perkembangan karakteristik seks sekunder pada anak laki.
Disclaimer - Kebijakan Isi Website : Seluruh isi website ini (termasuk dan tidak terbatas pada tulisan, gambar, tautan dan dokumen) adalah bersifat informatif
yang tidak ditujukan untuk mengganti nasihat medis, keterangan diagnosis, maupun saran tindakan medis yang dikeluarkan oleh tenaga profesional medis (dokter).
Selalu konsultasikan kesehatan Anda kepada dokter untuk mendapatkan saran medis yang sesuai dengan keadaan Anda.